Selasa, 11 November 2014
Tugas Akhir Blok
Kamis, 06 November 2014
Latihan Penulisan Ilmiah
Minggu, 05 Oktober 2014
Eksistensialisme menurut Kierkegaard dan Sartre
Menurut Kierkegaard
EKSISTENSIALISME :
Adalah aliran filsafat yang pokok utamanya adalah manusia.
cara berada manusia yang khas di tengah makhluk lainnya.
-Jiwa eksistensialisme ialah pandangan manusia sebagai eksistensi.
-Estimologi : Berasal dari 2 kata Ex : keluar dan sistensia (sistere) : berdiri.
-Manusia bereksistensi berarti manusia baru menemukan diri sebagai aku dengan keluar dari dirinya.
'Pusat manusia berada diluar diri manusia.
-Hanya manusia yang bereksistensi. Eksistensi tidak sama dengan berada.
-hewan/tanaman tidak bereksistensi, mereka hanya berada.
-Eksistensialisme dari segi isi bukan satu kesatuan, tapi lebih merupakan gaya berfilsafat.
-Filsafat harus bertitik tolak pada manusia konkret, manusia sebagai eksistensi, maka bagi manusia eksistensi mendahului esensi.
Ciri-ciri Eksistensialisme:
1.Motif pokok adalah eksistensial, cara manusia berbeda.
2.Hanya manusia yang bereksistensi
Bereksistensi harus diartikan secara dinamis.
3.Bereksistensi berarti menciptakan diri secara :
-aktif
-berbuat
-menjadi
-merencanakan
4.Manusia dipandang tetrbuka, belum selesai (misterius, berbeda tiap harinya)
Manusia terikat pada dunia sekitarnya, khususnya pada sesamanya.
5.Memberi penekanan pada pengalaman konkret.
Pokok-pokok ajaran Kierkegaard :
1. Kritik terhadap Hegel (dialektika)
Menurut Kierkegaard :
-Eksistensi manusia individual dan konkret.
-Manusia tidak dapat dibicarakan "pada umumnya" atau "pada hakekatnya", karena manusia "pada umumnya" tidak ada.
- Manusia unik, hanya ada satu tiap pribadinya.
- Eksistensi bagi Kierkegaard
merealisir diri, mengikat diri dengan bebas, dan mempraktekan keyakinan dan mengisi kebebasannya.
- Hanya manusia yang dapat bereksistensi.
-Manusia harus bereksistensi
yakni menjadi (dalam waktu) seperti ia (akan) ada (secara abadi).
3 cara bereksistensi :
1.Sikap Estetis
merengguh sebanyak mungkin kenikmatan, yang dikuasai oleh perasaan.
2.Sikap Etis
menerima kaidah-kaidah moral, suara hati dan memberi arah pada hidupnya.
3.Sikap religius
Berhadapan dengan Tuhan, manusia sendiri dengan Tuhannya.
Menurut Satre
EKSISTENSIALISME :
- Manusia mengada dengan kesadaran sebagai dirinya sendiri.
- Untuk manusia bereksistensi adalah keterbukaan, beda dengan benda lain yang keberadaannya sekaligus berarti esensinya.
- Asas pertama untuk memahami manusia adalah kita harus mendekatinya sebagai subjektivitas.
- Membedakan "berada dalam diri" dan "berada untuk diri" ------>
1.Berada dalam diri, berarti berada itu sendiri, tidak aktif, mentaati asas it is what it is.
2.Berada untuk diri, berarti berada yang dengan sadar akan dirinya, yaitu cara berada manusia.
Faktor yang mengurangi manusia bereksistensi :
1.Tempat kita berada
2.Masa lalu
3.Lingkungan sekitar
4.Kenyataan adanya sesama manusia dengan eksistensinya sendiri
5.Maut
KOMUNIKASI DAN CINTA :
1.Komunikasi ---->
- Suatu hal yang apriori, tak mungkin tanpa adanya sengketa, karena setiap kali orang menemui orang lain, pada akhirnya akan terjadi saling objektifikasi, yang seorang seolah-olah membekukan orang lain.
- Terjadi saling pembekuan, sehingga masing-masing jadi objek.
2.Cinta ---->
-Bentuk hubungan keinginan saling memiliki (objek cinta).
-Berifat sengketa karena objektifikasi yang tak terhindarkan.
Sumber : powerpoint kbk filsafat
Manusia dan Etos Kerja
Pandangan tokoh :
1. John Locke :
- Pekerjaan menciptakan hak alamiah
- 3 argumen dasar Locke tentang kerja sebagai suatu hal yang mendasar bagi manusia :
1.kelekatan kerja pada tubuh manusia (kerja = hukum kodrat).
2.kerja merupakan perwujudan diri manusia (mns membebaslan dirinya dari ketergantungan terhdap alam , otonom).
3.kerja berkaitan dengn hidup (satu – satunya jalan untuk mempertahankan hidup = kerja).
2. Adam Smith
- Seluruh kebudayaan = hasil dari pekerjaan.
- Ada 2 jenis pekerjaan :
1. Pekerjaan yang produktif
(kaum tani,buruh)
2. Pekerjaan yang tidak produktif (prajurit,politisi,ahli hukum)
- Tiga alasan pentingnya pembagian kerja :
1.Meningkatkan keajianan yang berdampak pada perbaikan kondisi hidup pekerja dan masyarakat ke arah yang lebih baik.
2.Penghematan waktu.
3.Mendorong dan penimbulan penemuan mesin – mesin baru yang mempermudah dan menghemat tenaga kerja.
3.George Wilhelm Friedrich Hegel
- Pekerjaan = keseluruhan konteks kegiatan.
- Kerja merupakan sesuatu yang dinamis (mns menemukan diri apabila menyadari sepenuhnya apa yang dikerjakannya).
- Kerja = peran utama dalam pengungkapan pribadi manusia dimana mns sadar dirinya akan subjek.
Bentuk kesadaran ada 2 :
1.Kesadaran akan keakuan manusia secara negative.
2. Kesadaran bahwa tanpa objek manusia tidak memiliki kesadaran.
4. Karl Marx
- pencapaian kenyataan manusia hanya bisa terjadi melalui pekerjaan.
- keterkaitan kerja dengan aspek sosial dan historis.
- kerja mengungkapkan dimensi social (hasil – hasil karya mns tidak saja dinikmati sendirinya tapi juga dirasakan oleh orang lain dari berbagai zaman yang berbeda.
Tiga dimensi kerja :
1. Dimensi personal
Lewat kerja :
- menunjukkan nilai kemanusiaanya.
- membuktikan diri sbg manusia.
- mengungkapan keuinkan dan totalitas diri setiap pribadi.
2. Dimensi sosial
- Kerja sebagai sarana perwujudan kepedulian setiap pribadi kepada orang lain.
- Pekerjaan merupakan jembatan antara umat manusia dari satu zaman ke zaman berikutnya (aspek historis).
3. Dimensi etis
Nilai – nilai etis yang dikandung atau dituntut dalam kerja :
1. Keadilan.
2. Tanggung jawab.
3. Kejujuran.
ETOS KERJA
-Usman Pelly :
Etos kerja : sikap yang muncul atas kehendak dan kesadaran sendiri yang disadari oleh system orientasi nilai budaya terhadap kerja.
-Toto Tasmara :
Etos kerja : totalitas kepribadian dirinya serta carnya mengekspresikan, memandang, meyakini dan memberikan makna ada sesuatu, yang mendorong dirinya untuk bertindak dan meraih amal yang optimal sehingga pola hubungan antara manusia dengan dirinya dan antara manusia dengan mahluk lainnya dapat terjalin dengan baik.
Hal – hal penting yang berhubungan dengan etos kerja :
1.Orientasi ke masa depan.
2.Menghargai waktu dengan adanya disiplin waktu.
3.Tanggung jawab.
4.Hemat dan sederhana.
5.Persaingan sehat.
-Secara umum :
Etos kerja : alat penggerak tetap perbuatan dan kegiatan individu sebagai seorang pengusaha atau manajer.
-A. Tabrani Rusyan :
Fungsi etos kerja :
1.Pendorong timbulnya perbuatan
2.Penggairah dalam aktivitas
3.Penggerak
Cara menumbuhkan etos kerja :
1.Menumbuhkan sikap optimis
2.Jadilah diri anda sendiri
3.Keberanian untuk memulai
4.Kerja dan waktu
5.Konsentrasi dan focus pada pekerjaan
Pengetahuan dan Intelegensi Manusia
KNOWLEDGE
(PENGETAHUAN)
Pengetahuan merupakan nilai bagi makhluk yang mempunyainya naik bagi :
- manusia
- malaikat
- binatang
pengetahuan adalah suatu :
- kekayaan
- kesempurnaan
Pengetahuan kita adalah sekaligus :
- inderawi
- intelektif
Ia dikatakan inderawi lahir atau luar kalau ia mencapai secara langsung, melalui :
- penglihatan
- pendengaran
- penciuman
- perasaan
- perabaan
Ia dikatakan inderawi batin ketika ia memperlihatkan pada kita, dengan :
- ingatan
- khayalan
baik apa yang tidak ada lagi atau yang belum pernah ada maupun yang terdapat di luar jangkauan kita.
Pengetahuan adalah:
-Perspektif
ketika muncul secara spontan, ia memungkinkan kita untuk menyesuaikan diri kita secara langsung dengan situasi yang disajikan.
Ia menyatakan dirinya lebih melalui gerakan :
-tangan
-tingkah laku
-gerakan-gerakan
-sikap-sikap
-tindakan-tindakan
-jerit teriakan
daripada dengan perkataan yang dipikirkan dan keterangan yang jelas.
-Reflektif
Ketika ia membuat objektif kodrat dari manusia realitas apa pun juga.
Mengungkapkannya baik dalam bentuk :
-ide
-konsep
-definisi
putusan
maupun bentuk :
-lambang
-mitos
-karya seni
-Diskursif
Ia memperhatikan suatu objek dari benda -----> suatu aspek yang lain, ketika ia datang dan pergi dari :
- Keseluruhan ke bagian-bagian dan sebaliknya.
- Dari umum ke khusus dan sebaliknya.
-Induitif
Ia menangkap secara langsung benda atau situasi dalam salah satu :
- aspeknya
- keseluruhan dalam suatu bagian
- sebab dalam akibat
- konsekuensi
- prinsip
dan lain-lainnya.
-Induktif
ketika ia menarik yang individual ---> universal.
-Deduktif
ketika ia menarik yang universal ---> individual.
-Kontemplatif
Mempertimbangkan hal-hal dalam dirinya sendiri dan untuk dirinya sendiri.
-Spekulatif
Mempertimbangkan hal-hal dalam ide atau konsep tentang hal-hal itu.
-Praktis
Mempertimbangkan hal-hal menurut bagaimana mereka bisa digunakan.
Pengetahuan bagi subjek secara hakiki berupa bereksistensinya subjek dalam hubungan dengan sebuah objek, sehingga objek itu dengan eksistensinya dan kodratnya, menjadi hadir dan nyata pada subjek.
Pengetahuan adalah kegiatan yang menjadikan suatu realitas itu. Akibatnya pengetahuan lebih merupakan hubungan dengan suatu objek yang berbeda darinya, dari keakuannya,
sedangkan kesadaran lebih berarti hubungan subjek mengetahui dirinya.
Supaya makhluk hidup itu bisa mempunyai kesempurnaan yang dinamakan pengetahuan, ia harus dikarakterisasikan oleh:
-Keterbukaan :
si pengenal bisa menjadi sadar akan eksistensi dan kodrat realitas.
-Kemampuan menyambut :
objek yang dikenal mempengaruhi eksistensi subjek sendiri dan tinggal dalam bentuk :
-gambar
-ingatan
-ide
-Interioritas :
adanya tempat dalam si pengenal dalam dirinya, maka ia mempunyai interioritas, semakin banyak interioritas semakin banyak ia bisa mengetahui.
Supaya objek dapat dikenal,
objek harus:
- Memberi kesan bagi subjek atau mempengaruhi subjek.
- Memiliki bentuk yang memberikan kepada fisionomi khasnya.
- Menyebabkan adanya perbendaan dari yang bukan ia.
- Bentuk yang ada harus menunjukkan orientasi, tujuan dan arti benda itu.
INTELLIGENCE
(Pengertian)
Intelegensi adalah kegiatan dari suatu organisme dalam menyesuaikan diri dengan situasi-situasi ---> menggunakan kombinasi fungsi-fungsi seperti :
- persepsi - ingatan
- konseptual - absraksi
- imajinasi - atensi
- konsentrasi - seleksi relasi
- rencana - ekstrapolasi
- prediksi - kontrol
- memilih mengarahkan
Berbeda dengan naluri, kebiasaan, adat istiadat, tradisi, hafalan, yang tanpa menggunakan pikiran.
Intelegensi juga dapat diartikan sebagai proses pemecahan masalah-masalah dengan penggunaan pemikiran abstrak.
Tingkat intelegensi yang lebih tinggi ini menggunakan unsur-unsur seperti :
- simbolisasi
- komunikasi
- pemikiran abstrak
- analisis kritis
Rekonstruksi untuk diterapkan pada kemungkinan-kemungkinan lebih lanjut atau pada situasi yang terkait, entah praktis atau teoritis.
Sumber : power point kbk filsafat.
Sabtu, 04 Oktober 2014
Sabtu, 27 September 2014
Apakah Manusia itu Bebas atau Tidak Bebas?
Menurut saya, manusia itu bebas dengan catatan, ada batasannya. Manusia bebas karena mereka bebas melakukan sesuatu kepada dirinya sendiri dengan pemikiran mereka sendiri dan menentukan nasib mereka sendiri. Kita bebas karena kita bisa menentukan pilihan kita sendiri. Manusia itu bebas, ada kaitannya dengan Hak Asasi Manusia. Setiap manusia sejak lahir, secara langsung sudah memiliki hak kebebasan. Peraturan-peraturan yang dibentuk masih bisa kita langgar sesuai dengan pemikiran kita lagi mau melanggar peraturan itu apa mau mematuhinya.
Jadi, pada intinya / kesimpulannya manusia itu bebas. Tetapi masih ada dalam batas-batasan / peraturan-peraturan yang di tentukan. Sesuai dengan pemikiran kita mau melanggarnya atau tidak.
Bagaimana dengan pendapat kalian? Apakah manusia itu bebas ataukah tidak bebas?
Jumat, 26 September 2014
Dialog Imaginatif
Ini adalah hasil dari kerja kelompok kami dalam materi badan&jiwa. Dosen kami memberikan tugas kepada kami untuk membuat dialog imaginatif,percakapan antara badan dengan jiwa. Dalam dialog kami di konsepkan badan sedang dalam keadaan tertidur dan bermimpi bertemu dengan jiwa di dalam mimpinya.
Kamis, 25 September 2014
Badan dan Jiwa
Monisme = Badan dan jiwa satu kesatuan.
Dualisme = Badan dan jiwa hal yang berdeba.
-Materialisme = Menempatkan meteri sebagai dasar bagi segalah hal yang ada.
-Teori Identitas = Mengakui aktivitas mental manusia. (Semua benda masih diakui mental).
-Idealisme = Seperti pengalaman,nilai,dan makna(ada materi tetapi ada pengalaman).
1) Interaksionalisme :
Fokus pada hubungan timbal balik antara badan dan jiwa.
2) Okkasionalisme :
Memasukan dimensi ilahi dalam membicarakan hubungan badan dan jiwa.
3) Paralelisme :
Sistem kejadian ragawi terdapat di alam, kejiwaan pada jiwa manusia.
4) Epifenomenalisme :
Melihat hubungan jiwa dan badan dari fungsi syarat.
Manusia dan Afektivitasnya
Manusia dan Afektivitasnya
Meninjau ciri khas kebenaran afetivitas yang disebut suasana hati."Kehidupan afetivitas memperlihatkan macam-macam cara berbeda-beda menurut sebagaimana subjek menguasai objek. Keadaan afetif. yang berbeda dua ini disebut hasrat-hasrat jiwa" (Thomas Aquinas).
Apa yang Bukan Perbuatan Afektivitas
Cinta membuktikan diri dalam perbuatan-perbuatan. Cinta mendahulukan perbuatan-perbuatan.
Afektivitas:
- sering disamakan dengan kesanggupan merasa.
- padahal kehidupan afektif bukan hanya menyangkut merasa saja tapi juga menyangkut yang spiritual.
Perbuatan Afektivitas :
- Seluruh perbuatan afektif yang dilakukan subjek sehingga subjek ditarik oleh obyek/sebaliknya.
- Sedikit mirip dengan perbuatan mengenal = dianggap perbuatan vital/imanen.
- Perbuatan afektif lebih pasif,perbuatan mengenal=subyek membuka.
Kondisi afektivitas manusia :
- Agar ada = perlu suatu ikatan kesamaan antar subyek & obyek perbuatan afektifnya.
- Kesenangan = perasaan yang dialami subyek bila dia dihinggapi oleh keadaan berada lebih baik.
Catatan tentang Cinta akan diri,sesama,dan Tuhan
-Orang sering menganggap cinta diri sendiri adalah egoisme.maka tidak baik.
-Padahal cinta akan diri sendiri dapat ditemukan pada orang yang sanggup mencintai orang lain dengan sungguh-sungguh.
-Egoisme menolak setiap perhatian otentik pada orang lain.
-Orang egois hanya mengambil untung dari apa saja.
-Jika kita mencintai Tuhan. Mencintai dengan seluruh jiwa dan hati.
-Tuhan tidak pernah melawan kita.
-Tuhan itu menginginkan seluruh diri kita.
-Kita mencintai diri bukan melawan Tuhan.
-Tuhan adalah dasar dalam masa semua manusia saling berkomunikasi.
-Tuhan adalah pokok pangkal kepribadian kita masing-masing (St.Agustinus).